KOiN jilid 2

Poster KOiN jilid 2
Senang ya rasanya kalau hasil karya kita disukai banyak orang. Apalagi sampai dipuji sama banyak orang yang kita ngga kenal. Nah, rasa itu yang bikin saya semangat untuk buat film lagi. Tapi karena belum ada ide baru yang benar-benar fresh akhirnya saya putuskan untuk membuat sequel film Koin. Beresiko sih sebenarnya membuat film sequel. Antara berhasil atau malah gagal total. Untuk yang kali ini saya ingin lebih baik dalam pengambilan gambar dan komposisi ceritanya. Dari segi angle dan kepadatan cerita saya godok sampai dapat yang terbaik. Dari yang seri pertamanya saya cuma mengandalkan pemain dan improvisasi saya sendiri, kali ini harus lebih baik lagi sampai-sampai saya mulai membuatnya dalam storyboard. Saya lakukan hal ini karena tahu, sequel harus lebih baik dari seri pertama jadi penggarapannya haus lebih serius lagi.

Penulisan draft cerita cuma butuh +- 30 menitan saja, tapi penggodokan ceritanya butuh 2-3 hari. Kenapa harus digodok lagi? Karena saya ngga mau membuat cerita dengan durasi panjang tapi kurang berisi dan menghindari potong sana potong sini waktu editing. Jadinya hal-hal yang ngga perlu harus saya hapus dari jalan cerita. Setelah menulis dan melihat kemungkinan kesulitan dari film ini, akhirnya saya siap untuk eksekusi film ini.

Keterbatasan Pemain dan Alat
Canon FS 406
Persiapan sebelum shooting
Sepertinya masalah klasik ini masih harus menghantui saya. Dengan berbekal pemain dan alat seadanya saya harus putar otak supaya film ini tetal berjalan dengan cerita yang masuk akal. Enaknya mengangkat hal sederhana yang kita alami sehari-hari menjadikan film ini gampang diterima dan sebagai cermin buat si penontonnya. Masih dengan pemain yang sama (tapi bentuknya sudah agak beda) dan alat yang baru tapi kualitasnya masih sama dengan yang lama. Kali ini saya menggunakan kamera camcorder Canon FS 406 dengan SD card. Enaknya kali ini saya bisa langsung melihat hasilnya tanpa menunggu waktu editing, dan proses editing bisa lebih cepat karena ngga perlu proses converting dari analog ke digital. 

Lokasi pas
One and only crew
Selain pemain dan alat, kru yang membantu saya juga sangat kurang, ya...cuma 1 orang. Dan perubahan lokasi harus saya putuskan karena waktu mau pakai lokasi banyak umbul-umbul produk rokok disana. Ternyata di dekat lokasi mau diadakan lomba, jadi pesan sponsor segede gaban terpampang disana. Ga mungkin saya pakai itu, karena akan  banyak sensoran di gambar nantinya. Tapi untunglah ngga jauh dari situ ada halte yang ternyata lebih bagus posisinya. Dan kami langsung putuskan pakai lokasi itu.

Proses Yang Cepat
Harus pake handy talkie
Kami cuma membutuhkan waktu 2 hari untuk proses shootingnya. Mungkin saya sedang beruntung kali ini, karena cuaca yang sangat mendukung dan lokasi yang strategis. Di hari pertama kami shooting dari pagi (jam 9) dan mendapati halte bus yang ngga ramai, malah cenderung sepi. Benar-benar sesuai harapan. Ditambah cuaca cerah jadi bisa meyakinkan penonton kalau itu siang hari jam 14. Di lokasi halte kami cuma butuh +- 2 jam 30 menit. Kami sungguh bersenang-senang di pembuatan film ini. Kenapa di scene yang cuma butuh waktu +-3 menit ini butuh waktu begitu lama? Karena saya mau gambar dan angle sempurna, jadinya saya harus rela menyuruh talent saya berpanas-panas ria untuk sekedar mengulang adegan. Malah di
adegan berjalan di sepanjang jalan, saya harus sekali lagi tega menyuruh talent saya mengulang jalannya kalau posisinya ngga sesuai. Apalagi posisi lokasi agak jauh dari pengambilan gambar jadi kami harus menggunakan handy talkie untuk komunikasi. Tapi sekali lagi saya ingatkan, kami bersenang-senang di shooting kali ini.

Makan siang dulu yuk
Selesai shooting scene halte, kami putuskan untuk break sejenak karena sudah siang dan melanjutkan ke scene kamar. Di scene ini agak lama karena mungkin ini rumah, jadinya kami lebih banyak leha-leha nya haha. Tapi tetap namanya project harus dikerjakan dengan cepat dan serius. Sekitar 2 jam scene ini selesai. Untunglah scene ini dilakukan di dalam rumah, jadinya camcorder saya bisa merekam sambil nyolok ke listrik haha. 




Scene terakhir ada di hari ke 2 di minggu berikutnya karena talent yang lainnya harus menunggu hari libur kerjanya. Untunglah saya mendapat lokasi yang lagi-lagi strategis. Cukup melangkah beberapa meter dari rumah saya, sudah dapat lokasi tempat photocopy ini. Dan terus terang, budget terbesar cuma saya keluarkan untuk scene ini. Ya, saya harus rela membayar lokasi ini (ngga diminta sih) sebesar Rp.25.000 kepada pemilik tempat sebagai ucapan terimakasih sudah boleh mekai tempatnya. Karena si pemilik berpikir ini project sekolah, dia agak sungkan menerimananya, tapi saya sudah niat kok mau ngasih walaupun seadanya haha. Dan tanpa beban, kami selesaikan shooting di hari ke 2 ini selama 2,5 jam.

 


Post Production
Proses edit Trailer
Dan inilah proses yang cukup menyenangkan sekaligus mendebarkan selama project film. Selain harus mengedit sesuai bayangan saya, film ini juga harus di promosikan. Malam setelah shooting hari terakhir saya langsung mentransfer semua file video ke laptop dan segera membuat trailer. Promosi itu paling penting karena bisa menentukan jumlah penonton film kita nantinya. Supaya penggemar film Koin ikut terlibat, tiap jam saya posting beberapa bocoran di FB dan twitter. Ternyata cara ini berhasil membuat beberapa pembaca penasaran. Mulai dari foto waktu shooting, foto property yang dipakai, sampai potongan dialog yang di pakai di film ini.



 Jenis promo ini saya terapkan beberapa minggu sebelum premiere

Senang rasanya dapat respon positif dari teman-teman yang mendukung film ini. Hingga setelah beberapa hari kemudian saya sudah selesai membuat trailer film KOiN jilid 2, makin banyak pula yang menanyakan kapan film ini diputar dan dimana gala premiere nya? Tiba-tiba saja saya berpikir "Hah? Gala Premiere? Waduh, siapa yang mau jadi produsernya nih?" haha. Dan untunglah ada salah satu teman kami yang berkenan untuk dipakai rumahnya untuk diberantakin dipakai untuk Gala Premiere.

 
Trailer KOiN jilid 2

Undangan Gala Premiere
Format DVD juga ada hehe
Selain menyebarkan undangan di FB, saya juga memposting film ini di YouTube di hari berikutnya. Intinya Gala Premiere ya pasti orang pertama yang nonton dong. Dan dilihat dari popularitasnya, sepertinya KOIN the Movie masih menang telak dari sequelnnya. Inilah kenyataannya, saya harus terima. Memang membuat sequel itu beresiko, tapi hey, just relax, ini untuk have fun aja kan? Tapi setelah beberapa minggu film ini wara-wiri di postingan FB, banyak juga yang menanyakan "Apakah film berikutnya Koin jilid 3? atau mungkin judul baru?" Well, ini baru beberapa minggu lho, biarkan saya menikmati moment jadi sutradara-sutrada-an dulu deh, baru berpikir bikin film lagi haha. Tapi nyatanya saya ini orangnya memang gampang di semangatin. Baru ditanya begitu, walaupun sebenarnya saya masih belum mau buat film lagi, tapi ide-ide baru langsung muncul. Ah, please brain, let me relax for a while, okay?
Calling Entry Solo Film Festival 2012
Masuk di Ofiicial Fan Page Frozz
Buat  yang belum pernah nonton filmnya, sok di monggo liat filmnya disini. Tenang aja, GRATIS kok :)

 



Credit Title : Bembeng, Angga, Adhitya, Ruri
Voice Over : Angga, Shella .V

Ass. Director : Indah Prameswari
Story, Camera, Editor, Producer, Director : Didiet Triquetra

Peralatan : 
Camera : Canon Legria FS 406
Handy Talkie : Motorola
Lampu : Philips
Editing Software : Sony Vegas Pro 9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar