Lost In Singapore (Day 1)



Berangkat dari jam 4.30 pagi dari rumah saya di daerah Tangerang menuju Cengkareng menggunakan motor dengan gerimis sepanjang jalan membuka petualangan saya menuju negeri singa. Jam take-off adalah 07.05. Kami harus sampai disana paling telat jam 06.05. Tanpa menghiraukan gerimis kami memaksakan untuk tetap sampai tepat waktu. Syukurlah kami belum terlambat yaitu 05.45. Sesampainya disana kami langsung mengisi data, menuju imigrasi dan menunggu dipanggil ke pesawat. Karena ini adalah penerbangan internasional pertama kami, jadi kami harus tetap waspada agar tidak salah masuk. Dan akhirnya saat yang ditunggu telah tiba.



Pertama Kali Menginjakkan Kaki di Singapura
Baru sampai di Terminal 1

Ternyata cuaca agak tidak bersahabat sesampainya saya di Singapura. Sesampainya di Terminal 1 Changi kami disambut hujan gerimis. Tapi kami tetap excited dan melupakan bahwa diluar masih hujan. Untuk menghibur diri kami berkeliling dan berfoto bersama didalam. Saking noraknya kami berkali-kali minum air gratisan yang ada di setiap pintu depan menuju toilet. Kami pun sesekali saling bertanya : "Bener ga sih kita udah di Singapura?" sambil saling menertawakan diri. Kami juga saling membandingkan antara Changi dan Soeta yang sepertinya tidak fair untuk dibandingkan. Dan juga 1 hal lagi yang saya rasakan sepanjang hari itu di Singapura adalah, aroma orang lokal sana kurang lebih mirip. Entah apakah selera parfum mereka sama atau apakah sedang populer aroma tersebut? entahlah, selama itu tidak mengganggu saya.

#Tips : Sebaiknya membawa botol dari rumah dan mengisinya di keran di setiap depan toilet karena harga ari mahal (S$1 - S$1,95 per 600ml)




Pertama Kali Menginap di Hostel
Hostel adalah hal baru untuk saya. Waktu membaca cerita dari backpacker lainnya, mereka sepertinya tidak bermasalah jika harus tidur sekamar dengan orang yang tidak dikenal selama budget yang dikeluarkan minim. Untuk itu saya mencari hostel yang rekomen untuk pemula seperti saya, dan jatuhlah pilihan saya di ABC Backpacker hostel Jalan Kubor No, 3. Untuk mencapai kesana tidak sulit. Dari terminal 1 Changi kita harus pindah ke terminal 2 dulu menggunakan Skytrain dan lagi-lagi ini GRATIS. Sesampainya di terminal 2, cari saja tanda menuju MRT atau Train to city. Gampang kok carinya. Begitu ketemu stasiun MRT, kita harus membeli tiket sekali jalan dulu menuju stasiun Bugis. Waktu saya kesana sih harganya $3, dan bisa di refund kartunya $1 sesampai di stasiun Bugis. Saran saya sih sesampainya di stasiun Bugis sebaiknya membeli kartu EZ Link yang harga perdananya $12 (isinya $7 dan kartu bisa di refund $5) yang bisa dibeli di loket dekat pintu masuk. Kalau masih bingung, ada penjaga yang pakai seragam warna merah di sekitar situ. Biasanya penjaganya bisa bahasa Inggris dan Melayu tapi cobalah pakai bahasa Inggris supaya tidak miss-understanding. Dengan kartu ini bukan cuma untuk naik MRT aja, tapi juga bisa untuk naik Bus, Sentosa Express, Taksi (SMRT) dan bisa juga untuk belanja di 7eleven dan makan di McD. Satu kartu untuk semua, what a smart card. Tapi se canggihnya alat tetap ada error system juga. Saya pernah di saat mau masuk ke stasiun kartu saya bermasalah akhirnya saya tidak dapat masuk karena kartu tidak terbaca. "Card Failed" begitu tertulis. Untungnya petugas MRT selalu sigap dan akhirnya kartu saya dapat digunakan kembali. Saya tanya "What happened with my card?" dan ia bilang "It's okay, just another error system". Setelah sampai di stasiun Bugis langsung saja keluar ke kanan, menuju jalan lalu teruskan jalan ke arah kanan sampai ketemu jalan Kubor. 


Peta MRT : transilink.com.sg
Kartu MRT = SIN$12











MRT menuju Bugis Station
Nyari lokasi kamar di ABC hostel











#Tips : Jangan lupa bawa gembok sendiri karena hotel tidak menyediakan dan pastikan minta tidur di kasur bawah, karena tidur di kasur atas akan merepotkan jika kita sudah seharian berjalan.

Kota Yang Bersih, Tertib dan Teratur
Nunggu nyeberang
Karena ini negara denda, jadi hati-hati kalau mau menyeberang. Tidak seperti di Jakarta yang bisa semaunya saja menyeberang, kalau disini kita harus menunggu lampu hijau untuk pejalan kaki menyala. Ada tombol untuk menyeberang di setiap lampu merah, jadi tunggu saja 2-3 menit dan voila!! lampu hijau menyala baru nyeberang deh. Kalau lampu hijau untuk pejalan kaki menyala, jangan takut ditabrak pengendara mobil karena mereka sering kali tetap berjalan walaupun kita sedang menyeberang. Tenang saja, mereka mau kok menunggu kita menyeberang. Melihat hal itu kami sampai terkaget-kaget dan saling tertawa karena tertibnya negara ini. Walaupun mobil dan bus besar berseliweran tak usah repot menutup hidung karena udara disini bersih sekali. Ga akan ada lagi bau solar waktu bus lewat, bunyi suara bajaj yang memekakkan telinga, dan tukang ojeg yang menyerempet pinggir jalan. Trotoarnya pun semua bersih, gak usah takut sepatu jadi kotor kalau jalan di waktu hujan.

#Tips : Selalu menekan tanda panah di lampu penyebrangan, karena polisi tidak segan menilang S$100 untuk pelanggaran menyeberang sembarangan.


Makan Siang Pertama
Maunya sih makan makanan asli sini, tapi kami sudah cari-cari disekitar hostel ternyata hanya ada makanan arab. Tapi ada 1 tempat yang membuat kami terhenti, Nasi Padang Sabar Menanti II (apakah ada seri I nya?) tanpa berpikir lagi kami coba masuk kedalamnya untuk mencicipi masakan Padang di negeri singa ini. Agak kecewa karena penjualnya orang melayu. Saya pikir asli orang Padang, karena sesama orang Indonesia pasti akan saling membantu. Tapi ya sudahlah, tidak ada waktu lagi untuk makan karena sudah jam 1 waktu SIN. Saya makan rendang, perkedel dan teh panas seharga $5.30 (IDR 39.000) memang mahal sih, tapi hey, ini Singaura bung. Setelah makan saya membeli air mineral di 7eleven didekatnya, tahu berapa air mineral (saya beli merk AQUA) ukuran 600ml disini? $1.95 (IDR 14.000an). Lupakan soal mahal disini, kita sedang liburan bukan?
Sabar Menanti II
Makan siang seharga S$5.30











#Tips : Jangan berharap seenak RM Sederhana, lebih baik mencoba makanan khas Singapura di sekitarnya atau di Hawker Hall Bugis Juction.


Waktunya Jalan-jalan
Merlion
Hari pertama waktunya melihat keadaan sekitar dulu. Dan kami putuskan untuk mendatangi Merlion. Dan sekaligus pengalaman pertama kami menggunakan bus disana. Untunglah saya pernah membaca cara naik bus di internet jadi agak terbantu. Mulai dari melihat rute dan nomor bus, hingga cara men-tap kartu pada saat masuk dan keluar pintu. Naik bus sebenarnya cukup menyenangkan karena bisa melihat keadaan sekitar, tapi resikonya kita bisa terlewat halte yang ingin kita tuju. Jadi selama perjalanan mata harus waspada melihat sudah samapai halte mana saya berhenti. Setelah sampai di halte Fullerton, saya lanjutkan menyeberang jalan lewat jembatan mirip mangga 2 tapi dengan kebersihan dan kenyamanan tingkat tinggi. Dan dari kejauhan kami sudah bisa melihat singa mancur yang sudah di kerubuti para turis, ya saya termasuk turis juga kan? Saat memasuki Merlion Park yang terlintas dipikiran adalah : Wow, ini yang aslinya! kemarin saya cuma lihat di TV dan Internet. Kami pun langsung gila-gilaan berfoto di depan patung singa mancur itu. Sesekali ada turis berbahasa Mandarin berbicara untuk meminta di foto kan. Hello, in English please! Am I look like a Chinese? I don't think so. Selain patung singa, bisa juga berfoto di depan hotel Marina Bay Sand, gedung dengan kapal pesiar tersangkut diatasnya dan bianglala besar dari kejauhan.
Marina Bay Sands
Merlion


Science Art Museum







Singapore Flyer











#Tips : Perhatikan jalan sepanjang perjalanan menuju tempat yang dituju apabila menggunakan bus, karena supir tidak akan menunggu lama di setiap halte, dan tidak semua supir bus ramah bisa diminta memberitahukan kita sudah sampai mana.


Mencoba Kereta Monorail
Cobain Monorail
Setelah sukses foto didepan icon Singapura, akhirnya kami memutuskan untuk segera menuju Sentosa Island. Dengan modal $3 kita bisa mondar-mandir antar stasiun di pulau Sentosa. Kalau gak mau rugi, bisa juga pakai kartu EZ link nya. Ada 4 pemberhentian, yaitu Sentosa Station, Waterfront Station, Imbiah Station dan Beach Station. Untuk menuju kesana kita harus ke lantai atas Vivo City lalu membeli tiket 1 hari monorail. Saran saya sekalian beli tiket Song Of the Sea disini seharga $10 untuk menyaksikan pertunjukan spektakuler kelas dunia di pinggir pantai yang berada di Beach Station. Sambil menunggu jam 7.40 malam kami putuskan untuk kembali ke Waterfront Station  untuk sekedar berfoto di depan Globe milik Universal Studios. 
Monorail Station
Naik monorail
Numpang beken
          
Gaya doang
#Tips : Coba semua tempat selama disini karena kita bebas mondar-mandir selama belum kembali ke Vivo City


Nonton Song Of The Sea
Waktu di Sentosa station tadi, kami sempat membeli tiket Song of The Sea dan kami memesan yg jam 7.40. Begitu waktunya tiba kami langusng mencari antrian yang tidak terlalu panjang. Waktu masuk kami dibelikan plastik ponco. Entah untuk apa ini? apakah ada senprot-semprotan selama pertunjukan berlangsung? atau kah karena terhindar dari hujan yang memang saat itu sempat hujan sebentar. Didalam kami disuguhkan pertunjukan laser dan proyektor dan live action beberapa orang dengan berbeda ras bernyanyi. Mirip laskar pelangi di Dufan, tapi saya yakin bahwa Laskar Pelangi-lah yang mengikuti Song of The Sea.
foto : sentosa.com.sg

#Tips : Jika ingin mendapatkan view bagus di Song of the Sea, pastikan datang 30menit lebih awal dari jadwal di tiket.

Kecapean Jalan Seharian
Setelah jalan seharian, kami putuskan pulang ke hostel tapi sebelumnya cari makan dulu. Tanpa disadari sudah pukul 9 waktu SIN, dan kami kesulitan mencari makan di pinggir jalan. Kami menciba mencari di tempat makan siang tadi tapi sudah tutup. Kaki kami sudah kelelahan. Saking bingungnya kami pun kesasar hingga jalan Serangoon. Karena tidak dapat makan juga kami putuskan untuk tidak makan malam itu dan makan banyak pada saat sarapan esok pagi, sungguh menderitanya. Sesampainya di kamar hostel kami disambut room mate kami yang kebetulan bule Germany bernama Toby. Kamipun segera mandi dan beranjak tidur mempersiapkan petualangan lainnya esok hari bersama teman baru kami. 

#Tips : Apabila sudah diatas pukul 9, carilah makan di daerah Bugis Street karena buka 24 jam.

2 komentar:

  1. Ane muncul dari kaskus nih :D

    Kebetulan ane juga sering tinggal disana :D. Ente di ajak ngomong mandarin dikira orang Melayu lokal kali, soalnya kan memang Singapore kan mayoritas orang Cina (70-80%) maka mungkin diasumsikan oleh turis Mainland China kalau semua orang di Singapore bisa berbahasa Mandarin :D, Lagi pula Singapore punya 4 bahasa Official (Urutan dari yang paling sering digunakan sampai paling jarang) English/Mandarin , Malaysia , Tamil (India) . Share lagi kapan kapan yah !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kaskuser nge-post disini juga mantabh :thumbsup
      Ane pikir juga tadinya gitu gan, turis ngajak ane ngomong mandarin dikira ane orang lokal, tapi ternyata dia ngomong sama orang bule pun pake bahasa mandarin. Udah nenek-2 sih, mungkin cuma itu bahasa yang dia bisa haha.

      Ane udah nge-share cerita lainnya gan, coba di cek di tab Something Fun ya gan :D

      Hapus