Have a Good Time in Kuala Lumpur, Malaysia (Day 2)
Bukit Bintang pagi hari
Pagi hari jam 7 saya sudah terbangun dari tempat tidur saya. Segera saya mandi supaya ngga antri kamar mandi karena saya sempat lihat di meja resepsionis hostel sudah fully booked hari itu. Saya pikir karena fully booked akan banyak orang bangun pagi untuk mandi tapi dugaan saya salah. Karena kebetulan turis yang menginap kebanyakan dari barat, maka ngga banyak yang bisa bangun pagi. Seperti kita tau perbedaan waktu di barat dan di daerah timur itu diatas 5 jam. Jadi ngga heran kalo mereka masih jetlag dan selalu bangun siang. Tapi karena saya tpe backpacker yang ga mau rugi, buang-buang waktu sama aja buang uang. Jadinya jam 7 itu udah dibatas ambang kesiangan buat saya haha. Setelah mandi jam 7, dilanjutkan sarapan jam 7.30 dan basa-basi sebentar. Jam 8.30 kami baru keluar dari hostel dan segera menuju KL Sentral untuk menuju destinasi pertama di hari kedua kami.
Terpesona dengan Batu Cave
Patung Dewa Murugan
Monyet penyambut kami
Batu Cave menjadi tujuan utama saya selama di Kuala Lumpur. Saya sudah melihat beberapa foto dan video di internet yang membuat saya penasaran dengan tempat ini. Monyet, burung, patung emas besar dan lansdcape megah membuat saya terpancing mendatangi tempat ini. Jujur saja, saya lebih suka lokasi bersejarah, landscape unik dan modern kalau saya berpergian kemanapun. Makanya, kenapa saya bilang Batu Cave ini jadi tujuan utama saya bahkan ini tujuan favorit saya di KL. Sesampai di KL Sentral kami segera menuju terminal KTM komuter. Untuk tiket satuan harganya cuma RM 2, tapi karena saya sudah punya kartu Touch 'n Go jadinya tinggal tap saja. Syukurlah masih terlalu pagi dan ngga terlihat antrian berdesakan di komuter line. Andai komuter line di Jakarta sebersih, sedingin dan seharum disini mungkin orang yang pakai kendaraan pribadi bakal berkurang. Perjalanan dari KL Sentral ke Batu Cave cuma memakan waktu +-20 menit dan pemandangan yang disuguhkan juga cukup menarik. Perbedaan suasana perkotaan sampai ke pinggiran terlihat jelas. Batu Cave adalah pemberhentian terakhir komuter. Begitu keluar stasiun, langsung terlihat bukit besar dan patung emas yang berdiri kokoh seolah menyambut kami. Kami segera turun dari stasiun dan begitu menuju pintu masuk sudah banyak penjual souvenir dan minuman menawarkan barang dagangannya. Makin masuk kedalam makin saya terkejut karena sekumpulan burung dan monyet seolah bermain-main di halaman depan kuil. Terus terang saja, saya terkejut bukan karena takut, tapi karena kegirangan melihat mereka bebas bermain dan bisa sangat dekat dengan saya. Mengingatkan saya pada Monkey Forrest yang ada di Ubud, Bali. Sebaiknya lepaskan kacamata, anting dan aksesoris menggantung yang mudah diambil monyet disini. Walaupun monyet disini terlihat jinak, tapi lebih baik nggak memancing mereka untuk bertindak nakal.
Patung Anoman hijau
Narsis dikit
Patung yang menyambut kami pertama kali adalah patung besar Anoman berwarna hijau. Saya agak heran kenapa penampakan Anoman disini berbeda dengan Anoman di Bali ya? Di Bali kita biasa melihatnya berwarna putih, kenapa disini hijau? Entahlah, saya kurang mengerti sejarah agamanya, saya hanya bisa mengagumi saja. Selama disini sebaiknya kita menghormati orang-orang yang sedang ibadah disini, seperti ngga sembarangan masuk kuil, tertawa keras dan ngga berbicara kasar/jelek disini. Walaupun disini masuk tempat wisata, tapi kesakralan kuil masih tetap terjaga disini. Saya teringat waktu ke kuil Buddha di Singapore, kami diperbolehkan masuk selama kami sopan. Ah, indahnya toleransi disini.
Berfoto di depan patung Dewa Murugan
Sampailah kami di pintu utama Batu Cave. Patung emas dewa Murugan menyambut kami dengan tongkatnya. Di beberapa kerumunan tiba-tiba saja saya mendengar bahasa yang ngga asing untuk saya, beberapa bicara bahasa Jawa dan bahasa Jakarta. Wah, bisa-bisa ketemu tetangga saya disini haha. Di halaman tengah pintu utama ada atraksi beri makan burung yang sangat diminati anak-anak, karena biasanya burung akan berdatangan waktu mereka mengambil makanan di tangan. Saya juga sempat melihat burung berputar-putar di tengah halaman, sungguh penampakan yang jarang terjadi. Dan FYI kita harus berhati-hati di setiap langkah, karena banyak kotoran burung di jalan. Bukan hanya berhati-hati menginjak jalan, tapi juga kalau kita "beruntung" akan di anugerahi "krim putih" dari langit alias kotoran burung haha.
Ritual berikutnya setelah bermain dengan burung, monyet dan berfoto di depan dewa Murugan, adalah naik dan menghitung jumlah tangga menuju atas bukit. Ada 3 jalur tangga disini untuk memudahkan kita naik dan turun. Karena tangganya terbuat dari semen/beton sebaiknya tetap berhati-hati diwaktu hujan karena bisa saja sangat licin. baru di hitungan 60, saya sudah diberkahi "krim putih dari langit". Untung saya memakai topi, jadi ngga langsung kena kepala saya. Segera saya
Hati-hati banyak burung berseliweran
mengambil tissue basah dari tas saya dan membersihkannya. Bukan cuma saya, ternyata teman saya juga diberkahi yang sama di kaki celana kanannya waktu dia melangkah naik. Kami pun hanya bisa tertawa karena skor kami 1-1. Makin tinggi udara makin tipis dan membuat menanjaki anak tangga menjadi lebih berat. Untuk yang belum terbiasa naik tangga sebanyak ini, sebaiknya berhenti di bagian yang lebih lebar setiap beberapa anak tangga. Kalau kira-kira ngga bisa naik dengan cepat, sebaiknya bergeser ke pinggir untuk menyediakan tempat orang yang mau mendahuli kita.
Patung Murugan Tertinggi
Pemandangan dari atas Batu Cave
Setelah 272 anak tangga barulah kita merasa lega karena kita berhasil super amazing. Kita bisa melihat orang yang awalnya semangat lalu kelelahan di tengah jalan, ada yang sudah naik turun lagi beberapa kali (biasanya untuk keperluan joging) dan ada juga yang walaupun lambat tapi tetap konsisten naik. Mungkin disini kita bisa melihat beberapa karakter orang dan memahami sebaik apakah kita? Kami lanjutkan masuk ke dalam dan segera tercium bau dupa, keringat dan sedikit bau sampah. Ya, bau itu bercampur di dalam gua. Ternyata cobaan "anak tangga" belum selesai sampai di angka 272, karena kita masih harus naik anak tangga lagi. Saya ngga menghitungnya kali ini, tapi sekitaran 30an anak tangga lagi. Disitu juga masih terdapat 2 kuil lagi. Saya ngga tau apa bedanya kuil dibawah, dan keduanya diatas sini. Saya juga sempat mengambil melihat ibadah yang sedang berlangsung dan memberikan sedikit donasi yang kotak amal depan kuil.
sampai di atas bukit dan bisa melihat kebawah yang terlihat
Makan dulu...
Puas bermain di atas akhirnya kami putuskan untuk kembali turun dan segera menuju destinasi berikutnya. Kembali berhadapan dengan 272 anak tangga lagi tapi kali ini turun. Terasa agak ringan dibandingkan naik. Dan begitu sampai di bawah, penjual ras India dengan mainan menawarkan dagangannya kepada kami, dia bilang : "Mas, mainan buat adiknya. Sayang adik." What? dia panggil saya apa? Mas? Kok dia bisa tau saya dari Indonesia? apakah karena saya pakai baju garis merah? Saya hanya tersenyum mendengarnya. Sebenarnya kami mau aja membeli souvenir, tapi rasanya ngga ada hal yang unik disini dan akhirnya kami skip belanja disini dan segera menuju lokasi berikutnya karena waktu sudah agak siang.
Awas banyak "krim" berjatuhan
Sebelum naik
Sedikit lagi sampe!
Jalan panjang ke Genting Highlands
GPS selalu menemani saya
Rencananya, setelah Batu Cave kami menuju ke Putrajaya. Tapi karena cuacanya lagi hujan gerimis sepanjang hari makanya kami tukar jadwalnya menjadi ke Genting Highlands dulu dan mengganti jadwal Putrajaya keesokan harinya. Setelah kembali ke KL Sentral kami langsung mencari loket tiket bus menuju Genting Highlands. Bingung mencari, akhirnya kami bertanya ke bagian informasi. Seperti yang saya pernah bilang sebelumnya, di KL hari rajin bertanya karena papan petunjuk kurang lengkap atau malah tersembunyi. Dengan sopan saya bertanya "Excuse me, where I can purchase bus ticket to Genting Highlands?" tapi sayangnya entah karena mood sedang jelek, kelelahan atau memang tipikalnya, jawabannya cuma singkat dan agak judes : "Upstairs, turn left!" saya sampai bertanya 2 kali karena kurang jelas "I'm sorry?" dan kembali dengan jawaban yang sama "Upstairs, turn left!" Saya sambil tersenyum hanya menjawab "OK, thank you." dan segera ngeloyor keatas. Setelah mencar-cari dengan agak kesusahan akhirnya ketemu juga. Letak loket nya terpencil agak ke pojok. Kami segera memesan untuk tiket pulang pergi supaya ngga repot beli disana. Bus ke Genting cuma disediakan 1 bus per 30 menit. Jadi kalo kita beruntung kita bisa dapat tiket yang jam nya berdekatan dengan waktu pemesanan. Jam di tangan saya baru jam 12.20 waktu KL, tapi untuk jam segitu sudah full jadinya baru bisa dapat tiket jam 13.30. Kami membeli tiket pulang pergi beserta tiket Skyway alias kereta gantung. Karena masih cukup lama akhirnya kami makan siang dulu disitu. Burger King menjadi pilihan karena dimana-mana rame. Budget makan siang yang agak over untuk kali ini, tapi ya harus bagaimana lagi?
Saya pilih ini
RM 10/pc mau?
Sedang asik makan, tiba-tiba lengan kanan saya dicolek seorang pemuda ras China. Saya menoleh ke arahnya, dia hanya tersenyum dan memberikan kartu berisi tulisan berbahasa Melayu dan Inggris. Intinya dia menjual souvenir seharga RM 10 untuk yayasan bisu tuli. Souvenirnya sih ngga istimewa, cuma ukiran kayu kecil untuk gantungan HP, tapi karena saya merasa iba akhirnya saya beli juga. Setelah saya memilih souvenir dan membayarnya, dia mengucapkan terimakasih dengan isyarat tangannya sambil tersenyum. Tapi setelah beberapa menit kemudian saya merasa : Apakah saya sedang ditipu? Teman saya pun tertawa dan bilang : Ahaha.. mau aja lo ditipu!. Saya pun hanya tertawa dan menjawab : "Ya udah lah, yang penting gue ikhlas ngasihnya, itu urusan dia sama Tuhan". Kami pun kembali tertawa sambil menghabiskan makan siang kami yang agak mahal itu.
Tiket bus ke Genting
Jam tangan menunjukkan jam 13.10 kami segera menuju tempat bus genting di bawah KL Sentral. Bus nya berwarna merah maroon dengan tulisan resort world dan iklan acara di genting. Ngga seperti stasiun monorel atau komuter, di parkiran bus ini kami cuma disediakan 2 kursi panjang berkapasitas 20 orang aja, jadi yang ga kebagian kursi ya siap-siap berdiri nunggu bus. Bukan cuma nunggu bus yang bikin ga nyaman, karena lokasinya di dalam ruangan jadinya asap knalpot dan bus dan mobil yang lewat bercampur membuat mata perih dan dada sesak. Saya sampai menutup hidung saya pakai sapu tangan karena sesak dan harus menunggu 20 menit lagi. Sambil menunggu bus, saya melihat ada sederet loket tiket dan salah satunya adalah loket tiket bus ke genting. Tau disini ada loketnya kenapa kami susah payah cari didalam? haha.. Sekali lagi perhatikan segala hal detail di KL.
Perjalanan menuju Genting
Perjalanan dari KL Sentral ke Genting Highlands memakan waktu 1 jam. Jadi yang mau kesini sebaiknya persiapkan waktu lebih banyak karena perjalanan dan jadwal keberangkatan yang ga bisa dipastikan. Perjalanan melewati jalan tol dan naik ke bukit seperti halnya perjalanan tour ke daerah puncak, Bogor. Jalan yang berkelok-kelok dan suguhan pemandangan perbukitan membuat perjalanan menyenangkan. Setelah 1 jam perjalanan, ternyata kita masih harus naik lagi ke atas bukit menuju resort. Karena kami masih pertama kali kesini, jadinya kami cuma ikuti orang-orang lain saja karena ngga tau harus menuju kemana lagi. Tapi ternyata setelah mengikuti mereka, kami sampai di depan toliet. Loh kok? toilet? Mana jalan menuju kereta gantungnya? Makanya hati-hati kalo mau ikutin orang haha. Masih agak kebingungan kami lihat ke sekeliling mencari papan petunjuk. Ada 1 papan petunjuk yang kurang jelas, tertulis : Genting Skyway 3rd floor, this way. Papan itu tertulis di luar pintu yang tertutup. Pintu itu bukan pintu masuk melainkan seperti pintu keluar emergency di mall. Apa iya kita masuk dari sini? Karena ngga ada seorang pun masuk lewat pintu itu. Celingak-celinguk kami melihat keadaan. Apa mungkin kita dijemput lagi untuk naik ke atas? Kami mencari penumpang yang 1 bus bersama kami, tapi rasanya sudah ngga ada lagi. Lho, kemana mereka pergi? Lewat mana? Setelah lama mondar-mandir seperti anak hilang akhirnya saya mencari orang yang bisa ditanyai. Ada loket bus disitu, saya bertanya lokasi Skyway dan ternyata ada di pintu kecil belakang resto. What? Bagaimana bisa pintu sepenting itu ketutupan resto? 20 menit yang terbuang sia-sia. Kami segera menuju pintu itu dan mengikuti papan petunjuk. kali ini kami harus berhati-hati melihat papan petunjuk karena kurang jelas arah dan petuunjuknya.
Kereta gantung alias Skyway
Kami dibawa petunjuk itu menuju 2 pintu lift menuju lantai 3. Begitu sampai di lantai 3 barulah terlihat ada kehidupan. Tempatnya seperti mall tapi agak sepi dan di jendela terlihat kereta gantung yang sedang di antri puluhan orang. Karena kami ngga dapat tiket kereta gantung waktu beli di KL Sentral, akhirnya kami harus membeli di loket terdekat. Ternyata loketnya ngga bersebelahan dengan pintu kereta gantungnya. karena sudah ngga percaya sama papan petunjuk, kami langsung bertanya ke security sitau aja. Ternyata harus turun 1 lantai dulu dan beli tiketnya. Haduh, ga praktis banget sih? Repot! Setelah ber repot-repot ria naik turun tangga, akhirnya kami ikut antrian kereta gantung. Begitu sampai di petugas tiket, ada 2 orang (ngga tau turis atau warga lokal sana) menyerobot antrian kami. Tiket kami sudah di tangan petugas dan menunggu dipersilahkan lewat. Melihat ada pengantri yang menyelak antrian, petugas itu marah dan berteriak. "Wait! wait! wait! Tunggu sekejap!" saya yang saat itu sedang
berada didepan petugas hanya bisa terdiam dan melihat ke penyusup itu.
Setelah penyusup itu kena omelan, kami pun dipersilahkan masuk. Wah,
ternyata ngga di Jakarta ngga di KL masuk aja ada yang nyelak antrian. Semua mata tertuju ke petugas itu.
1 Kereta gantung bisa diisi sampai 4 penumpang dan siapa cepat dia dapat. Begitu naik kereta bergerak pelan sampai di satu waktu akan menanjak kecepatan tiba-tiba bertambah dan wush! kami serasa naik roller coaster berkecepatan pelan haha. Waktu naik adalah saat-saat yang mendebarkan karena di bawah kami adalah hutan belantara dengan pepohonan lebat disertai kabut tebal. Agak ngeri melihat ke bawah kami terus menanjak dan rintik hujan menambah kengerian kami. Sekitar +-20 menit kami sampai di resort dan mengakhiri kengerian kami. Sebenarnya sih seru karena pemandangannya keren, tapi bercampur ngeri karena ketinggian dan cuaca yang hujan. Sampai di genting resort kami langsung disuguhi mainan anak ala Timezone dan toko souvenir. Makin kedalam cuma sekumpulan cafe mewah dan hotel berbintang yang saling menunjukkan gengsinya masing-masing. OK, kami kemari bukan untuk belanja, makan atau menginap tapi mau cari suasana. Di dalam gedung yang mirip seperti Trans Studi Bandung terlihat roller coaster indoor dan panggung kecil di tengah ruangan dan sedang berlangsung pertunjukan sulap. Ngga ada yang istimewa disini. Saya mencari pintu menuju taman bermain outdoor ternyata sedang ditutup. begitu kecewanya kami setelah melihat theme park outdoo nya sedang di renovasi. Ngga ada roller coaster, ngga ada danau buatan, ngga ada taman Jurassic. Cuma 1 kata untuk genting sat itu ; MENGECEWAKAN!
Tipuan konyol di Ripleys
Karena bingung ngga tau mau kemana lagi akhirnya kami menghibur diri di musim Ripleys Believe it Or Not yang harga masuknya RM 22. Dari sekian banyak yang diperlihatkan hanya ada 1 atraksi yang menurut saya keren, yaitu lorong lingkaran di pintu keluar. Ngga sampai 2 jam kami disana dan segera memutuskan untuk kembali ke KL Sentral. Perasaan kecewa dan agak lelah kami harus menikmati perjalanan bus ke KL Sentral dengan agak mual karena pak supir rada ugal bawa bus nya.
Bus pulang udah nunggu
Sesampai di KL Sentral kami langsung pulang ke Bukit Bintang dan mampir untuk membeli souvenir. Pilihannya jatuh ke Sungei Wang yang ngga jauh dari pintu keluar monorel Bukit Bintang. Sungei Wang ini sangat mirip dengan Lucky Plaza di Singapore. bententuk mall ITC yang menjual banyak souvenir dan barang elektronik. Sayangnya ngga banyak souvenir khas malaysia disini, jadinya ngga jauh dari beli kaos, pajangan dan coklat. Melihat harganya yang cukup murah saya pun membeli beberapa souvenir tapi ternyata saya kurang perhitungan. Saya lupa besok masih ada 1 hari lagi dan ga mungkin saya menghabiskan uang saya sekarang, padahal belanjaan saya ga mungkin dikurangi lagi bisa-bisa orang rumah kecewa saya ngga bawa apa-apa sepulang nanti. Melihat saya kekurangan uang cash, si penjaga toko melihat peluang lain. Dia menawarkan pembayaran pakai kartu kredit atau bias dengan Rupiah atau Singapore dollar. Karena uang rupiah saya cuma cukup untuk ongkos taksi pulang besok jadinya saya memilih opsi bayar pakai kartu Kredit. Yah, ternyata kebobolan juga kartu saya. +- RM 70 atau sekitar 250ribuan terpakai dari Kartu Kredit saya. Tak apalah, karena akhirnya orang rumah, tetangga dan beberapa teman kedapatan oleh-oleh dari saya termasuk subscriber saya yang beruntung di quiz Youtube saya.
Mencoba Makan di Jalan Alor
Street Food @ Jalan Alor
Jalan Alor
Cukup lama juga kami berbelanja karena mencari barang yang bagus dan tawar menawar yang cukup alot. Tak terasa jam 21.45 dan toko sudah mau tutup. Segera kami kembali ke hostel hanya untuk menaruh belanjaan di loker karena kami penasaran untuk makan malam di Jalan Alor yang tersohor itu. Ragu dengan diri sendiri akhirnya kami menanyakan letak Jalan Alor oleh cleaning service hostel. Dan ternyata letaknya cuma 2 blok di belakang hostel. Kami berjalan menyusuri beberapa fast food antara lain Mcd, Burger King dan KFC, lalu menyeberang ke kiri dan voila! tebentang Jalan Alor dengan lampion dan ribuan orang di jalan. Jam menunjukkan pukul 10 malam lebih tapi suasananya masih rama saja. kami mulai meyusuri jalan dan mencari makanan Halal. FYI, untuk yang harus makan makanan Halal harus selalu cek & ricek logo Halal di resto tempat kita makan karena disini banyak sekali makanan non-Halal. Memang sih ngga banyak makanan Halal disini, tapi setidaknya masih ada. Karena penasaran teman saya ingin mencoba es krim Turki. Bentuknya lebih liat dan ngga gampang cair. Saya mengharapkan ada atraksi kecil seperti di TV, tapi sayangnnya ternyata ngga ada. Es krim Turki kalo ngga salah harganya cukup mahal RM 7 atau 25ribuan untuk 1 cup.
Mau beli DVD bajakan disini?
Kentang goreng ajib!
Suasana disini ngga beda jauh seperti di dalam negri. banyak penjual es, buah segar, gorengan, sampai DVD bajakan terang-terangan jualan disini. Kami mencari makanan Halal sepanjang jalan. Ada Chinese food, Thai food, Korean food tapi ngga ada logo Halal nya. Ada satu tempat yaitu Thai food yang pelayannya merayu kami untuk makan ditempatnya : "Tuan, sila makan disini. Makanan Halal lah..". Kami melihat ke arah restonya, jelas saja Halal toh semua makanannya sayuran haha. Masih belum dapat makanan yang sreg sampai kami harus berbalik arah karena sudah sampai ujung ngga ketemu logo Halal (sudah tutup atau kita ngga lihat?). Akhirnya di tengah jalan (di sebelah kiri) ada tempat makan China-Melayu dan ngga jauh makanannya dari Kwetiau, Nasi goreng dan sebangsanya. Karena sudah capek dan lapar akhirnya kami pilih ini saja, dan sudah jelas terpampang logo Halal versi MUI Malaysia. Kami pun langsung memilih meja dan memesan Nasi goreng beef dan ice lemon tea. Cari yang gampangnya saja. Yah setidaknya rasa makanannya masih OK disini. Untuk 1 porsi nasi goreng dan es teh lemon itu kami harus membayar RM 7, seharga es krim Turki tadi haha.
Ada yang mau kodok goreng?
Nasi goreng + Ice lemon tea RM 7
Selesai makan kami segra bergegas pulang ke hostel. malam itu Jumat malam, dan weekend sudah pasti jalanan ramai sampai tengah malam. Sayangnya kaki kami sudah lelah dan sudah ngga semangat menyusuri malam di Bukit Bintang. Kami pun segera menemui kasur kesayangan kami selama di KL dan berharap esok hari bisa lebih baik dari hari itu. Apa lagi keseruan kami di hari ke-3? Baca terus yaa... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar