Have a Good Time In Yogyakarta (Day 2)

Kurang tidur karena semalaman di kereta & jalan seharian di hari 1, saya pikir akan membuat semuanya bangun kesiangan. Tapi ternyata nggak! Mereka udah pada bangun dan siap "tempur" lagi jam 7 pagi. Gilak! para pecinta liburan ini emang ga ada matinya. Setelah semua sudah bangun, kami ngobrol dan review lagi jalan-jalan kemarin. Karena ada beberapa dari kami yang memutuskan untuk mengunjungi tempat lain, akhirnya kami jadi tau apa aja yang seru ditempat lainnya. Tapi hari ke 2 ini kami sudah sepakat untuk konvoi bersama menuju taman nasional Gunung Merapi dan diteruskan menuju Candi Mendut dan Candi Borobudur. 

Petualangan Dimulai Lagi!
Perjalanan dimulai jam 8.15 pagi, kami sudah siap di depan hotel. Dengan bermodalkan tumpangan masing-masing (motor sewaan) kami siap untuk konvoi hari ini. Sebelumnya kami sempatkan untuk sarapan di depan Pasar Bringharjo. Pecel lontong dan teman-temannya rasanya enak banget pagi itu. Apakah memang beneran enak atau memang kami lagi lapar banget ya? Pecel lontong ditemani es teh manis paduan yang ajib, sayang saya lupa harganya, tapi tenang aja, masih dalam level aman (alias murah) kok.

Selesai makan kami melanjutkan perjalanan. Awalnya masih bingung karena belum tau darimana kami mulainya? Karena kami juga ngga tau jalan menuju kesananya. Dan... lagi-lagi GPS dan HP butut saya berjasa banget kali ini. Tinggal tunjuk tujuan, dan udah ketauan jalur mana aja yang harus kami ambil menuju taman nasional Gunung Merapi. Karena saya yang pegang setir (supir kalee..) jadinya Nia (teman saya) yang jadi navigator, walaupun beberapa kali salah baca arah peta (haha, sorry ya Nia). Modal GPS dari HP butut dan navigator pemula, semua teman-teman yang konvoi ikut di belakang kami. Wah, kalo nyasar bisa berabe nih haha. Tapi untunglah warga Yogyakarta itu baik banget, karena pada satu tempat GPS saya ngga berfungsi (mungkin sinyalnya putus) dan harus bertanya ke orang lain. Saking baiknya, dia sampai rela menunjukkan jalannya. Wah, makasih yah bu.. 

Bukan itu aja, untunglah Nia bisa menghubungi temannya yang tinggal di Jogja yang bersedia untuk mengantar kami. Dengan janjian di Universitas Gadjah Mada, kami lanjutkan perjalanan, tapi kali ini full speed haha. Kelihatannya alam lagi ngga bersahabat pagi itu, karena langit makin lama makin gelap dan awannya makin tebal. Sepanjang jalan kami berharap supaya ngga turun hujan. Tapi... benar juga, alam lagi ngga bersahabat, jadinya kami harus beberapa kali menepi supaya ngga kehujanan. Tapi memang dasarnya petualang sejati semua, ngga mau kalah sama alam akhirnya kami putuskan tetap jalan walaupun pakai jas hujan. Naik gunung, "agak" ngebut, hujan-hujanan, rame-rame, benar-benar hal yang nga bisa dilupakan. Rasanya boleh kapan-kapan kita coba lagi ya guys! haha...

Taman Nasional Gunung Merapi
Sampai di dekat gunung merapi, kami berhenti sejenak di lereng sebelah kiri jalan. Ngga tau namanya apa, tapi pemandangannya Amazing banget. Karena jalannya basah setelah hujan, beberapa teman saya ngga berani turun sampai ke ujung lereng. Kalo saya sih, emang dasarnya suka yang beginian jadi hajar terus haha.  Kami cuma berfoto-foto di sekitar lereng lalu melanjutkan perjalanan yang masih +-1km lagi untuk sampai ke taman nasional gunung merapi. Setelah sampai, saya agak kecewa, kok gini ya? Kenapa saya bilang "kok gini ya?" kaerna setiap jengkalnya jadi daerah komersil.

Mulai dari masuk kompleks taman nasional, kami sudah di cegat untuk bayar masuk (lagi-lagi saya lupa harganya...maaf ya), lalu harus rela memarkirkan motor kami di depan yang berarti kami harus berjalan kaki untuk meneruskan perjalanan. Untuk naik keatas kita harus berjalan kaki yang +-2km baru sampai ke museum gunung merapi, atau menyewa motor trail seharga RP.50ribu atau mobil Jeep seharga Rp.650ribu. Awalnya kami memutuskan untuk jalan kaki saja, tapi lagi-lagi hujan turun lebih deras. Kami menunggu sampai hujan reda sambil makan siang di warung sekitar situ. Tapi rasanya sudah ngga ada waktu lagi, kami pun mengurungkan niat untuk naik keatas. Jam tangan sudah menunjukkan pukul 14.30, dan kamipun balik badan bubar jalan.

Menuju Candi Borobudur
Untuk mengejar waktu ke Borobudur yang masih +-40km lagi, akhirnya kami tinggalkan gunung merapi dengan kekecewaan. Untunglah cuaca sudah agak lebih baik dan kami langsung memacu motor kami. Tampaknya perjalanan kembali dari gunung merapi lebih harus berhati-hati, karena jalanannya cenderung turunan tajam yang membuat motor kami ngacir lebih cepat. Perjalanan kami bisa lebh cepat karena sepertinya jalan terlihat lengang, atau mungkin teman Nia (namanya Miko) menunjukkan kami jalan pintas ya? Jalan yang kami lalui terlihat banyak kebun salak di kiri dan kanan. Pasti sudah tau kelanjutannya kan? Ya, kami berhenti sejenak untuk membeli salak haha. Saya pun sesekali makan salak "sample" gratisan dan mbok nya, lumayan...enak...gratis lagi... 

Ngga jauh dari perjalanan setelah membeli salak, hujan harus turun lagi. Kampiun memutuskan kembali memakai jas hujan dan melanjutkan perjalanan. Hujan, terang, hujan, terang, cuaca yang labil. Makin mendekati jalan Borobudur, jalan makin macet. Dan hal yang ngga saya inginkan terjadi, terpisah dari konvoi (Aduuuh!!) Tapi naluri "supir" saya langsung on dengan cara mengikuti petunjuka jalan, mudah-mudahan ngga kesasar.  Ditambah lagi ada jalan alternatif ke Borobudur yang ditunjukkan warga sana. Sampai beberapa ratus meter mengikuti jalan, kami masih terpisah dnegan teman-teman kami. Akhirnya sang GPS pun turun tangan. Ternyata jalan yang kami ambil sudah benar, tapi kok masih belum ketemu teman-teman yang lain ya? Berinisiatif menelpon "kawanan" yang lain, akhirnya kami memutuskan untuk bertemu di Candi Mendut. Kira-kira 20 menit kemudian akhirnya kami bertemu lagi. Makin dekat dengan kawasan Borobudur membuat kami makin semangat, karena akhirnya kami sampai juga.

Di depan pintu Borobudur, jalan makin padat. Ternyata ratusan bahkan ribuan orang berebut masuk ke dalam Borobudur untuk mengikuti jalannya perayaan Waisak. Wah, ternyata orang sedunia datang kesini semua. Memang bisa dibilang Borobudur ini Ka'bah nya orang Buddha. Setelah mendapatkan tempat parkir (yang susssssah banget dicarinya) kami langsung menuju pintu masuk utama. Banyak polis berjaga-jaga di depan pintu masuk. Ternyata pintu masuk sudah ditutup untuk umum, cuma peserta ritaul aja yang boleh masuk lewat sana. Tanpa pikir panjang lagi kami langsung mencari pintu lainnya. Dan, sudah bisa diduga, ribuan orang sudah mengantri di pintu yang sama. Kami mengantri seperti mengantri nonton konser. Ditambah dikiri dan kanan kami banyak orang yang berbeda bahasa ngomong berbarengan. Ada bahasa Jawa, Jakarta, Inggris, Jerman, Jepang, Mandarin. Wah, serasa nonton konser beneran haha.

Berdesak-desakan seperti ikan teri di kantong plastik, saling dorong tapi untungnya masih tertib. Ditengah antrian hujan rintik rintik mulai turun, what a perfect situation. Tapi karena ditengah kerumunan orang banyak, jadinya gerimis pun ngga berasa. Bisa dibayangkan, untuk melewati 1 pintu kami harus rela mengantri selama 30-40 menit. Dan pintu yang harus dilewati ada 3, ya ngga salah liat, ada 3. Mulai antri jam 17.00, kami sampai di dalam jam 19.15. Harap-harap cemas semoga hujan ngga turun lebih deras lagi, karena tujuan kami kemari di malam hari cuma untuk menyaksikan pelepasan 1000 lampion. Setelah menunggu lama (kerena Menteri Agama telat datang, tipikal orang Indonesia) akhrinya acara ditunda sampai pak Menteri datang. Dan...lagi-lagi hujan mulai rintik-rintik lagi sampai deras. Payung mulai bermunculan di tengah kerumunan membuat kami ngga bisa melihat ke depan. Kami yang masih penasaran masih bertahan di tengah lapangan manusia. Hujan yang makin deras sepertinya ngga ada tanda untuk berhenti. Beberapa dari kami mulai mundur hingga akhirnya ngga ada yang sanggup bertahan lagi. 

Di tengah hujan kami keluar dari kompleks Borobudur. Ngga pakai payung, ngga pakai jas hujan, kami menuju pintu keluar yang jaraknya +-1km. Basah luar dalam (bener-bener sampai dalam haha). Setelah insiden mandi hujan itu, kami putuskan untuk makan yang hangat-hangat, Mie Bakso jadi pilihan. Makan lahap karena perut lapar setelah jalan jauh & kehujanan. Setelah sudah siap untuk pulang, akhirnya kami segera meninggalkan Borobudur, lagi-lagi dengan kekecewaan.

Perjalanan Pulang Yang Menegangkan
Sampai kami pulangpun hujan masih deras. Perjalanan ditangah hujan di tengah malam saja sudah cukup menegangkan. Tapi yang ini, Pulang malam hari, hujan, kecepatan 60km/jam (kalo ngga segini bisa ketinggalan), ngga tau jalan ditambah angin yang kadang bertiup kencang. Mungkin kalo cuma ngebayangin biasa aja, silahkan dicoba deh haha. Yang bikin makin susah, saya harus membuka mata waktu ngedarain motor disaat air hujan masuk kemata dan tiupan angin menerbangkan jas hujan kami. Jalan gelas banget, bagaimana kalo ditengah jalan ada lubang? duh, ngga kebayang deh.

Perjalanan 1,5 jam rasanya 1,5 hari (agak lebay sih). Hati mulai tenang waktu melihat tulisan "Selamat Datang di kota Yogyakarta". Ditambah hujan sudah berhenti, akhirnya cobaan itu lewat juga haha.. Sesampainya di hotel, langsung pada berebut untuk pakai kamar mandi. Baju basah membuat mereka ngga betah pingin segera mandi. Tapi jangan kira setelah sampai hotel mereka mandi langsung tidur, ternyata masih ada juga yang masih sanggup untuk nonton Final Liga Champion, haha edan. Saya pun diajak untuk mencoba minum susu jahe di angkringan dekat hotel. Saya pikir cuma sebentar, Ok lah, tapi ternyata kami lupa waktu sampai pukul 3.15 pagi haha.

Segera kembali ke hotel dan berbaring di tempat tidur, ahhh surga dunia. Dan beberapa menit kemudian saya sudah kealam mimpi haha.

Mau lihat serunya perjalanan kami? Lihat video berikut ini

Keseruan masih berlanjut di Hari 3. Baca terus yuk...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar