Garut, Jawa Barat (Day 1)

Naik gunung. Ya, itu salah satu yang ingin saya lakukan dari dulu tapi sayangnya belum dapat waktu dan teman yang bisa diajak kesana. Dan penantian itu akhirnya berakhir pada 31 Januari 2015 lalu. Berawal dari ajakan iseng teman dan entah mengapa saya langsung meng-iya-kan ajakannya. Awalnya agak ragu juga karena saya belum pernah naik gunung dan camping sama sekali (yang di pramuka jaman SD ngga saya hitung ya, karena itu kan bukan di hutan beneran). Sedikit bimbang dan akhirnya saya yakinkan diri saya sendiri. Dan akhirnya gunung Papandayan Garut Jawa Barat ini mengawali cinta saya kepada gunung.
Resign, Hiking dan Move On
Hari itu tepatnya tanggal 30 Januari 2015 saya mengakhiri masa kerja saya di kantor lama saya. Setelah 5 tahun mengabdi akhirnya saya putuskan untuk keluar dari sana. Banyak hal yang terjadi, tapi yah... sudahlah. Sepulang dari sana saya langsung menyiapkan segala perlengkapan travel saya. Teman saya selalu mewanti-wanti kalau di gunung itu cuacanya agak extreme, apalagi masih di bulan Januari yang notabene musim hujan. Selain persiapan perlengkapan, saya juga harus membekali fisik saya agar selalu fit. Setelah direpotkan oleh urusan resign kantor, mungkin ini kesempatan saya untuk recharge diri saya agar lebih baik lagi. Persiapan mulai dari pakaian tebal, alas kaki hingga obat-obatan sudah saya persiapkan. Karena saya belum tahu medannya jadi saya memproteksi diri saya lebih dari trip biasa saya jalan-jalan di perkotaan. Lapisan plastik trash bag membungkus isi dari tas saya. Selain itu barang-barang yang rentan basah dan lembab juga saya bungkus dengan kantong plastik satu persatu. Dengan izin orang tua dan Bismillah, saya mulai perjalanan saya.
Malam itu pukul 20.00 kami berkumpul di tempat salah satu teman kami. Setelah berkumpul dan mempersiapkan segala sesuatunya kami langsung berangkat menuju terminal Kampung Rambutan. Perjalan menggunakan sepeda motor beramai-ramai memakan waktu -+ 1 jam. Perjalanan dimulai dengan tawar menawar harga bus hingga didapat harga Rp.50ribu sekali jalan menuju terminal Guntur, Garut. Bus yang kami naiki berangkat pukul 23.00. Perjalanan panjang kami isi dengan ngobrol, diskusi dan akhirnya tertidur hehe... Sekitar 4 jam kemudian kami sudah sampai di terminal Guntur dan bersiap untuk melanjutkan menggunakan angkot. Di terminal kami sempatkan membeli makanan dan ke toilet. Dan, lagi-lagi tawar menawar harga angkot dimulai. Untuk urusan tawar menawar kami serahkan teman wanita kami karena kami para lelaki ngga akan bisa menawar karena jujur... ngga tegaan haha... Setelah harga disepakati kami pun langsung berangkat 30 menit kemudian. Karena jumlah grup kami hanya 8 orang, jadinya kami harus berbagi  dengan grup lain yang jumlahnya 6 orang. Dengan semangat persaudaraan (halah) kami berbincang dengan grup lain tersebut dan... tadaaa... teman baru sudah didapat. Mudah sekali mencari teman disini karena semangat persaudaraan yang tinggi, beda sekali seperti... ah sudahlah.

Perjalanan dari terminal guntur menuju Cisurupan memakan waktu -+45 menit karena jalannya yang sepi dan masih tengah malam. Sesampainya di Cisurupan kami harus melanjutkan menggunakan mobil pick up. Karena sudah mendekati waktu sholat subuh akhirnya kami putuskan beristirahat sebentar, sholat subuh lalu lanjut ke Camp David. Inilah yang saya suka kalau keluar kota, suasana persaudaraan dan sopan santun warganya masih sangat terasa. Ya, walaupun tidak semuanya, tapi kebanyakan masih sangat baik. Selesai sholat subuh kami segera melanjutkan perjalanan ke Camp David menggunakan pick up yang tentu saja setelah melakukan tawar menawar sengit antara wanita super vs abang supir haha... Dan hal yang membuat seru adalah, rombongan pick up kami adalah rombongan yang sama seperti di angkot tadi. Dan inilah awal kami berteman hingga sekarang.

Perjalanan dari Cisurupan ke Camp David sekitar +- 30 menitan. Sepanjang jalan kami di suguhi pemandangan 3 gunung yang melingkari kami. Adalah gunung Guntur, Cikuray dan tentu saja Papandayan. Pemandangan dipercantik dengan terbitnya matahari di sisi dalam gunung Cikuray. Sungguh pemandangan yang Subhanallah. 

Pendakian Perdana Dimulai
Kebersamaan mulai dari awal
Sesampainya di Camp David kami langsung check in dan sarapan sebentar. Saya pun dengan segera menangkap beberapa pemandangan dengan kamera saya. Inilah yang saya ingin dapatkan kalau trip ke gunung. Dengan semangat 45 kami memulai perjalanan naik keatas yang tentu saja dimulai dengan berdoa sejenak untuk keselamatan kami. Langkah mantap kami memulai pendakian ke atas gunung Papandayan. Setelah beberapa meter dari Camp David jalan mulai berbatu walaupun masih landai. Banyak rombongan yang memulai pendakiannya bersama kami. Kiri kanan saya terlihat pendaki dengan backpack besar berwarna warni berjalan mendahului. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan saya dengan sigap mengambil beberapa gambar dengan kamera saya walaupun itu cukup menghambat tapi untunglah teman-teman saya berjiwa narsis tinggi, sehingga mereka rela menunggu saya yang agak lambat ini (maaf ya) untuk tetap bersama berjalan dalam track dengan syarat saya memotret mereka juga haha... Baru beberapa ratus meter saja pemandangan yang disuguhkan sudah sebegini indahnya, bagaimana diatas nanti? Kebetulah cuaca sedang cerah walaupun awan tebal siap menutup langit kapan saja. Langit biru, gulungan awan dan kepulan asap dari kawah belerang membuat foto saya terlihat "mahal". Tapi sayang, keindahan ini sedikit dirusak dengan corat-coret tangan jahil pendaki yang menuliskan namanya di atas batu.

Tetap narsis
Mulai dari jalan berbatu, kini jalan berubah menjadi tanah dan sedikit berlumpur. Untunglah cuaca saat itu sedang cerah jadinya lumpur sudah agak mengeras dan mudah untuk dilewati. Setelah melewati sungai kecil jalan mulai menanjak. Dan sangat disayangkan jalan tanah yang cuma segitu-gitunya harus dirusak dengan sepeda motor yang naik lewat tengah jalur. Jadinya tanah yang masih lembek itu menjadi terbelah dan terbentuklah seperti got di antara 2 jalan kecil. 
Bersama sahabat
Narsis juga ternyata

Amazing view
Kebersamaan

Menikmati awan
Kawah Papandayan


Istirahat dulu ah... capek
Ngasoo...




Pos 2 Pondok Saladah
Setelah beberapa jam kami sudah sampai di pos 2 dan harus melaporkan grup kami kembali. Sebenarnya kami bisa mulai mendirikan tenda disini, tapi karena lokasinya yang sudah mulai terisi banyak tenda akhirnya kami putuskan untuk terus naik hingga ke pondok Saladah. Perjalanan 30 menit lagi yang harus melewati hutan yang cukup rindang. Pemandangan yang saya dapat adalah hutan di sebelah kanan, dan jurang di sebelah kiri. Pemandangan sebelah kiri memang menggoda untuk dilihat karena terlihat pegunungan yang indah, tapi sebaiknya berhati-hati dan tetap fokus pada jalan. Sesampai di pondok Saladah kami seperti di sambut dengan banyaknya tanda yang sudah berdiri di beberapa tempat. Tanpa membuang waktu kami segera mencari lokasi strategis untuk mendirikan tenda. Kami memutuskan untuk mendirikan tenda di antara pohon dengan pertimbangan mempermudah pendirian tenda dan mengurangi resiko terkena angin kencang apabila cuaca buruk. Dan benar saja, baru kami mulai pendirian tenda, rintik hujan juga menambut kami. Kami percepat proses pembuatan tenda supaya barang-barang kami bisa selamat dahulu. Untunglah teman seperjalanan yang kami temui tadi pagi ikut bergabung dan membantu pendirian tenda. 





Makan malam bersama
Dari siang hingga sore hari hujan terus turun walaupun tidak deras. Tidak banyak yang bisa kami lakukan, jadinya kami hanya bisa mengobrol di dalam tenda. Karena bosan kami pun mulai bermaik gaple sampai nyanyi ngga jelas haha... Karena sudah lelah dan hujan belum ada tanda berhenti akhirnya kami putuskan untuk istirahat dulu dan tidur sebentar. Tidur siang di dalam tenda selama hujan gerimis itu ternyata nikmati loh haha... Oh iya, waktu mendirikan tenda sebaiknya dibuat jalur air supaya tidak membuat genangan di bawah tenda. Benar saja, setelah sore hari kami keluar dari tenda dan melihat trik ini berhasil membuang air yang kemungkinan bisa membuat tenda kami basah. Karena sudah sore akhirnya kami membatalkan untuk pendakian ke atas lagi dan berencana untuk naik esok pagi saja. Sepanjang sore hingga malam hanya bisa kami lakukan di sekitaran tenda saja. Ada yang dengar musik, masak, main gaple, apa sajalah yang penting bisa buang kebosanan.

Makin malam suhu pun mulai turun. Jaket tebal pun mulai tidak kuat menahan dingin dikarenakan gerimis menambah turunnya suhu malam itu. Tercatat suhu turun hingga 16 derajat Celcius (setidaknya itu yang terdeteksi di jam tangan saya). Hembusan nafas pun mulai menjadi uap air. Jaket tebal, kupluk hingga sarung tangan mulai dikerahkan. Hingga malam pun tiba kami beristirahat kembali ke dalam tenda. Baru 30 menit kami tidur, hujan mulai deras. Khawatir jalur air yang kami buat terlalu kecil dan bisa membuat basah tenda akhirnya salah satu teman kami dengan sigap keluar dari tenda dan mencari cangkul untuk membuat jalur yang lebih besar. Untunglah saya jalan bersama orang-orang yang sudah berpengalaman. Setelah got yang lebih besar terbentuk, kami menjadi lebih lega dan meneruskan tidur kami di malam dingin itu.




Bagaimana kelanjutan cerita ini? lanjut baca ya...

Ini video buktinya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar