Have a Good Time in Bangkok & Pattaya, Thailand (Day 1)

Ndah, Saya, Amel, Dudi yang motret
Bulan April lagi... jalan-jalan lagi... lalala... yeyeye... #lho? -- skip -- Alhamdulillah masih ada rejeki buat liburan lagi. Setelah SG dan MY, sekarang saya mau ngebolang yang lebih jauh, yaitu TH (Thailand). Tapi karena saya maunya jalan santai dan murah tapi dapet banyak (maaf, saya backpacker ala kadar) jadinya sejak Juli tahun 2014 saya sudah mulai browsing tiket, penginapan dan segala sesuatu yang saya butuhkan disana. Mulai dari transportasi, makanan, sampe tempat belanja yang cihuy. Seperti yang sudah saya lakukan setiap mau pergi keluar negeri (saya juga sudah sempat tulis di blog ini, cari sendiri ya..) biasanya segala keperluan itu saya tulis lengkap di itinerary. Kebetulan negeri gajah putih ini masih asing untuk saya karena informasinya jarang saya dapatkan di web, tv dan radio (eh, radio ngga deng). Di tambah konflik internal mereka yang diberitakan beberapa hari sebelum saya booking tiket. Agak ragu juga awalnya memilih TH sebagai destinasi berikutnya, tapi kalo ngga dicoba ngga akan tau kenyataannya kan?

Kasian Dudi duduk diseberang
Setelah sudah siap dengan tiket dan pengetahuan soal kota Bangkok dan Pattaya, saya mulai membuka ajakan trip bareng lagi di website www.backpackerindonesia.com  dan www.kaskus.co.id. Sepertinya kota Bangkok jadi banyak pilihan beberapa traveller di banding kota tahun lalu yang saya datangi (baca : Kuala Lumpur). Banyak pertanyaan dan permintaan di forum yang saya posting, tapi kenyataannya? Yang jadwalnya sama cuma 3 orang. Saya sudah komit, berapapun yang ikut akan tetap berangkat walaupun sepait-paitnya saya jalan sendiri. Dan terpilihlah 3 komplotan traveller yang memang siap ikut bareng saya ke negeri seberang. Teman seperjalanan saya tahun lalu Dudi tetap setia menemani saya suka maupun duka di trip kali ini. 2 orang lainnya sebut saja Ndah dan Amel yang kebetulan nekat ikut trip bareng 2 pria kesepian belum dikenal ini haha... Yang saya salut dari beberapa teman baru saya ini, mereka ternyata juga pergi sendirian dari lokasi mereka tinggal. Sebut saja Ndah yang jauh-jauh dari Jepara lalu merantau (sebentar) ke Jakarta untuk langsung menuju Thailand bareng saya. Kalo mau kenal Ndah bisa klik blog nya disini : https://gajahndut.wordpress.com

Diapit pria pria tangguh :P
Agak sepi nih, mau ikut?

Jangan lupa isi ini ya..






















Setelah berkenalan beberapa bulan melalui WA dan email, akhirnya penantian itu datang juga. Berangkat dari rumah pukul 4 pagi dan akhrinya kami bertemu di Terminal 3 Soekarno Hatta. Dan belum lengkap rasanya kalo ngga main ceng-2an (walaupun baru kenal) hahaha... Dengan begitu saya bisa tau, apakah teman trip saya kali ini bakalan asik atau ngga. Walaupun agak canggung awalnya, tapi keadaan mengalir aja tuh. Saya jadi kenal seorang fans grup Rock bernama Amel dan seorang petualang bernama Ndah. Teman saya makin banyak, dan Insya Allah umur saya makin panjang, amin. 

Pertama Menginjakkan Kaki Di Negeri Gajah Putih
Baru nyampe nih
Pukul 6.55 kami mulai mengudara (bukan radio ya...) dan syukurlah ngga pake daly-delay an kayak maskapai sebelah. Itu lah yang saya suka selama beberapa tahun ini selalu pakai Air Asia untuk trip saya karena ketepatan waktu, informasi yang jelas dan pelayanannya cukup baik. Tapi yang paling penting harganya sudah tersertifikasi oleh dompet saya. Perjalanan 3 jam dari CGK ke DMK saya lewati dengan nonton film di tablet saya dan numpang molor sedikit karena saya kurang tidur takut ketinggalan pesawat. Waktu turun di airport Don Mueang ngga terlalu istimewa, malah saya sempat menyebutnya gedungnya seperti asrama, karena model nya jadul haha,,, maaf ya warga Bangkok. Tapi setelah turun dari pesawat dan di suguhkan fasilitas yang ternyata lebih baik dari T3 CGK, rasanya saya akan tarik kata-kata "asrama" saya tadi haha.. 




Stasiun BTS nya bersih mirip di SG
Tanpa membuang banyak waktu kami langsung mengikuti alurnya mulai dari cek imigrasi, ambil bagasi dan cari transportasi ke kota. Yang saya baca di banyak blog, ada beberapa pilihan transportasi yaitu bus dan taksi. Pasti sudah tau pilihan saya yang mana kan? Ojek! #duh garing. Menurut admin hostel yang saya tempati, saya bisa menggunakan bus no 105 untuk langsung ke hostel, tapi ngga seru kalo pake cara gampang, saya mau pake cara yang "kurang" gampang, jadi saya pilih bus A1. Saya pikir bus A1 sebagus bus transJakarta, tapi nyatanya ngga juga. Bus Bianglala atau PPD AC rasanya masih lebih bagus. Harga bus A1 dari DMK ke Mo Chit seharga THB 30 (agak mahal memang) kami lalui selama +-25 menit. Pemandangan dari airport ke stasiun BTS Mo Chit mengingatkan saya pada daerah Kebayoran Lama, Jakarta. Panas, agak gersang, jembatan layang, dan pengendara motor terliaht beberapa kali. Sekilas saya berpikir "Yah, jangan2 kayak jalan tahun lalu ke KL, ga beda jauh sama Jakarta." Sesampainya dari turun bus, kami melanjutkan ke tengah kota pakai BTS (Bangkok Mass Transit System). Dari BTS Mo Chit harusnya saya pilih ke BTS National Stadium, tapi karena masih oon... saya beli tiketnya ke BTS SIam. Hampir aja kami nyelonong naik kereta yang ke National Stadium, bisa-bisa kita ngga bisa keluar karena salah beli tiket. Untuk kali pertama, maafkan saya teman-teman hihi... 

GBK-nya Bangkok
Akhirnya sampai juga di National Stadium setelah turun di SIam dan beli tiket lagi ke Nat. Stadium. Karena belum tau lokasi halte bus terdekat kami pun berjalan sampai halte yang jauhnya +- 700 meter dari pintu masuk Nat. Stadium. Panas yang menyengat tak menyurutkan semangat kami yang sebenarnya sih sudah lapar juga karena sudah siang haha.. Setelah sampai di halte dengan bercucuran keringat dan air mata saya pun masih ragu nomor bus yang harus kami naiki untuk sampai ke Khaosan lokasi hostel kami. Saya baca katanya banyak warga Bangkok yang ngga ngerti English sama sekali. Biar ngga malu saya tes dulu nih.. Ada seorang bapak2 sipit lagi nunggu bus juga, kaliatannya sih kayak bukan asli Thailand karena sepanjang jalan saya lihat penduduk asli sini ga sesipit dan seputih bapak ini (sotoy level 8). Excuse me, do you speak English?. Bapaknya jawab "Ya.." ngga yakin sama jawabannya, saya tanya lagi "Do you speak English?" kata bapaknya "Ya.." mungkin di pikir tuh bapak : iye guweh bisa, ga percaya amat sih?. Lalu saya mengeluarkan hp saya dan menunjukkan foto Democracy Monument yang kebetulan kami niatnya mau foto-foto disitu dulu sih. "Do you know this place? What bus to get there?" trus si bapaknya manggut-manggut sambil jawab "Ah.. number 47 or 15 (ah, nambeh foti seben o fiftiyn).  Dengan berisik kendaraan lalu lalang dan Thai-English yang masih asing di kupign saya akhirnya saya paham. Saya pun berterimakasih dan ngga lama bus 47 nongol. Langsung aja kami naik, eh bapak itu ikut juga ternyata haha.. Waktu naik bingung juga, harga bus nya berapa nih? bayarnya sama siapa? kuda makannya apa? #lho? Ngga lama seorang ibu-ibu pakai seragam putih hitam bawa kaleng panjang menghampiri dan orang-orang bayar ke ibu iitu. Saya ngga bisa kihat berapa uang yang dikasih orang-orang untuk bayar bus, karena saya belum hafal pecahan koin disana. Biar ngga bingung saya kasih THB 10, mudah-mudahan cukup. Eh taunya masih kembali recehan. Saya dikembalikan uang THB 3,5 dan tiket kertas yang setelah ditilik lebh dalam (halah apa coba) tertera tulisan 6.5. Oh, harganya cuma THB 6,5 untuk jauh dekat. Memang sih bus nya ga AC tapi coba deh iseng bandingin harga bus itu sama Metro Mini yang di Jakarta, lebih mahal mana?

Cuek aja lah...(Democracy Monument)
Seperti biasa, kalo di tempat baru saya selalu mengandalkan GPS saya. Apalagi kami juga kelupaan ngambil map di airport. Dan buat jaga-jaga pun saya pakai jurus kayak di halte lagi, menunjukkan foto Democracy Monument dan minta turun disitu. Dengan english seadanya "Excuse me, this place yah.." dan ibu-ibu itu manggut-manggut. Emang sih ibu kondektur ngasih tau udah sampe monumen, tapi dia pake bahasa Thai, mana sayah ngerti bu? Untung saya sigap #prett  dan lihat monumen dari jendela dan segera berdiri menunggu halte berikutnya untuk turun. Dan inilah bangunan yang selfiable pertama di Bangkok yang kami pake buat selfie ga jelas haha.. Di tengah panas, jalan raya, kami nekat nyeberang supaya bisa keliatan jelas monument nya dan foto-foto disana. Mungkin orang2 sana nganggap kami norak, bodo amat lah, gak kenal ini hahaha....

Mencari Makan Di Bangkok
Semangat nyeberang
Selesai selfie ga jelas, kami lanjutkan jalan menuju hostel. Dasar sok tau, ga mau liat peta atau GPS kami pun akhirnya kesasar lumayan jauh. Panas, capek, laper, ngga ngerti tulisan cacing, nanya orang juga susah karena ngga bisa English dan paling parah ngga bisa baca huruf alfabet. Oh no! we're lost! Eits... tapi tunggu, ternyata dari sebanyak itu yang cuek sama kami, ada loh yang mau bantuin kita cari lokasi hostelnya. Seorang wanita setengah baya dengan English cadel yang susah di tangkap, tapi mau berusaha bantuin kami. Karena kami kesulitan untuk ngerti ucapannya akhirnya dia bilang "Ok, follow me" Hah? folow dia? duh, aman ga nih? bayar berapa nih? inget loh ini Bangkok. Tapi setelah jalan beberapa puluh meter akhirnya ketemu juga. "You follow this street, and turn left. Ok? Bye" lalu ngeluyur pergi. Hah? that's it? dia nganterin kami for free? Oh my GOD. Emang rejeki anak soleh, baru beberapa jam kami di Bangkok udah ketemu orang baik hati. Dan setelah ikutin petunjuknya baru keliatan SUNETA di pinggir jalan yang ternyata udah kami lewatin karena salah ambil jalur jalan. Duh, maaf ya teman-teman #jilid2.

Spicy Garlic Fried Chicken THB 75 (bumbunya asyem)
Setelah selesai dengan urusan check-in hostel, kami segera cari makan karena sudah siang banget dan jadwal kami harusnya sudah pindah ke tempat lain lagi. Cari makan siang yang ada logo HALAL nya di jalan Khaosan ngga segampang cari warteg di tengah Jakarta. Ada sih fast food merk internasional macam KFC, McD, Burger King dan Subway merajalela, tapi kok ga ada logo HALAL? Cari makan india, kok kayaknya ragu ga cocok sama lidah & perut ya? Makanan timur tengah, kok ga cocok sama isi dompet ya? AKhirnya kami coba cek ke Burger King ternyata ada bacon ah skip. Subway juga gitu. McD ga ada bacon sih tapi masih ragu. KFC? menunya ayam semua sih, tapi gimana ya? Dengan tekad cari makan murah dan HALAL, akhirnya kami dengan BISMILLAH masuk ke KFC. Kami disuguhkan menu serba ayam. Dan yang unik, pelayannya bernama Abdulloh yang ternyata cucok cyin (melambai gitu deh cyin..) yang membuat kita agak yakin semoga makanan disini HALAL. Dan ternyata mbak..eh, mas Abdulloh bisa bahasa melayu cyin gara-2 denger kami diskusi mau makan apa. Dengan baik hati dan tetap cucok kami pun dilayani walaupun beberapa kali ralat menu karena sudah habis haha.. tapi ngga apa2, Abdulloh tetap cucok cyin.

Explore Kota Bangkok
Victory Monument
Alhamdulillah, perut udah keisi, tenaga keisi lagi, waktunya explore kota Bangkok. Lokasi berikutnya adalah Victory monument. Kali ini ngga boleh salah lagi. Kami kembali ke Nat. Stadium pakai bus 47, lanjut naik BTS ke Victory Monument. Cita-cita mau cobain jajan buah di Bangkok akhirnya kesampaian walaupun awalnya susah nyarinya. Buah potong kami temukan setelah jalan sekitar 300 meter menuju Santhipap Park. Dan ternyata rasanya... biasa aja hahaha... Saya beli melon THB10, Dudi beli mangga (agak asem) THB15 dan Ndah beli jambu klutuk paling mahal THB30 (ga tau di bohongin abangnya apa ngga). Setelah nyantai sebentar sambil liat ABG Bangkok joging, kami lanjutkan perjalanan ke daerah Chit Lom mau lihat 4 face Buddha. Setelah beberapa kali pindah lokasi kami jadi terbiasa karena memang sudah terbiasa naik transport macam MRT atau Monorail di SG dan MY. 

Kelakuan ABG Bangkok, jalan bukan pada tempatnya

Kalo di Jakarta jadi santapan pak polisi nih
Melon THB10, Mangga THB15, Jambu THB30

Santhipap Park sore hari

Jambu Bangkok, sama aja kayak jambu Jakarta

Four Face Buddha
Sampai di depan Erawan Hotel sudah banyak orang yang berkumpul untuk berdoa di depan patung emas. Uniknya lokasi persembahan ini tepat di pinggir jalan. Jadi semua orang bisa lewat dan lihat kegiatan keagamaan disini. Tanpa mengganggu jalannya ibadah saya pun mencoba mengambil foto, bukan cuma upacaranya aja sih... yang berdoa juga saya foto hihi... Setelah puas lihat kegiatan keagamaan dan sesak karena menghirup banyak asap dupa akirnya kami lanjutkan pindah lokasi. Terminal 21 menjadi pilihan berikutnya karena katanya mall ini keren banget. Keren karena di desain mirip airport dan tiap lantainya punya tema masing-masing negara. Tapi emang dasar saya bukan anak mall, jadi saya lihat nya ya biasa aja tuh karena mall Jakarta bisa lebih bagus dari ini. Tapi ada 1 hal yang bikin saya betah di mall ini, apalagi kalau bukan WIFI gratisan haha... Tapi untuk bisa akses wifi disini ga sembarangan, kita harus registrasi dulu di reseosionis yang seragamnya mirip pramugari dan memperlihatkan passport untuk di tukar kode wifi. Awalnya males juga sih, tapi begitu lihat mbak-mbak pramugari..eh resepsionis nya jangankan passport, KTP, SIM, BPJS juga saya kasih deh hahaha...

Tuh, rame kan...
Sebenernya wifi gratisnya bisa sampe 2 jam, tapi makasih deh udah kenyang haha.. Kami pun langsung lanjut ke lokasi dekat sana. Sebenernya agak deg-degan juga sih lewat red district takut kena scam atau apalah. Tapi karena berame-rame hajar aja lah. Kami memasuki sebuah gang bernama Soi Cowboy. Bisa cek di google apa aja isinya. Saya ngga berani ambil foto disitu, udah grogi duluan hahaha... Tapi sayangnya belum terlalu malam jadinya Soi Cowboy masih sepi, ya udah deh kita numpang lewat aja. Karena sudah capek dan ingin istirahat kami kembali ke hostel sambil cari makan. Dengan rute yang sudah kami hafal seperti siang tadi jadi ngga ada hambatan dan lancar jaya. 

Malam hari kehidupan di Khaosan Road mulai rame. Dari jauh aja udah kedengeran musik adu kencang sampe ngga jelas yang mana yang mau didengar. Mulai dari tukang kaos, tattoo, daging babi panggang, bir, apa aja ada disini. Karena niatnya cuma cari makan, kami langsung masuk ke KFC dan memesan nasi dan ayam aja untuk dibawa ke hostel. Kami pun lewati Khaosan yang menurut saya mirip dengan Legian di Bali tapi disini backpacker nya lebih variatif. Banyak bahasa yang lewat di kuping saya, ngga tau itu bahasa Thai, Jepang, Korea, Arab, tapi kebanyakan Inggris. Dengan sisa-sisa tenaga kami sampai di hostel dan segera beristirahat untuk kembali berpetualang keesokan harinya. Bagaimana keseruan kami di hari 2? Lanjut baca ya disini...



7 komentar:

  1. aaah abdullah ... ngekek smaleman pas mbahas di grup :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayang kita ngga punya foto Abdulloh ya? Kasian bedaknya luntur ahaha...

      Hapus
    2. masa iya kudu contact K*C sana buat mintain fotonya ..
      hahahahaaa...

      Hapus
  2. Mas,sy mau tny nm hotel apa dan cara menuju hotel dr bandara sebaiknya naek kendaraan apa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami menginap di Suneta Hostel di dekat Khao San Road. Untuk menuju ke hostel bisa naik taksi (dengan menunjukkan alamat dengan bahasa Thai), atau dari airport DMK naik bus No. 105 (saya belum coba yang ini) atau dari DMK naik bus AC No. A1 berhenti di Mo Chit dilanjutkan dengan BTS dari Mo Chit menuju National Stadium, lalu lanjut lagi naik bus No. 47 (sebaiknya turun dari BTS ambil jalan ke kanan karena lebih dekat ke halte dibanding lewat jalan kiri). Kalo bingung untuk bilang ke kondekturnya, sebaiknya perhatikan jalan, kalo sudah dekat democracy monument bersiaplah turun, tunggu sampai perempatan berikutnya lalu minta turun dengan menekan bel dekat pintu keluar. Semoga bisa dimengerti.

      Hapus
  3. kangen sama jajanan yang bakar2. cumi bakarnya enak...

    BalasHapus
  4. Keren editannya om, sukses slalu

    BalasHapus