JANGAN MAU NONTON TV NASIONAL!

Kenapa? Judulnya provokatif ya? Bukannya memang judul provokatif seperti diatas yang bikin kita penasaran untuk segera baca?
Ya, yang pasti itu yang saya tiru dari beberapa tulisan "clickbait" yang beredar di sosmed belakangan ini. Miris? Harusnya sih begitu. Tapi ngga tau kenapa justru masih banyak aja yang terpancing untuk membuka dan membaca berita yang ternyata ngga ada hubungannya sama judulnya. Tapi relax, justru disini saya mau membahas bukan soal clickbaitnya, tapi isi acara di tv nasional yang makin hari makin menyedihkan untuk di tonton.

Kenapa saya bilang begitu? Coba iseng-iseng dihitung. Berapa kali dalam sehari kamu lihat acara sampah (iya, saya tulis SAMPAH) di tv nasional? bukan cuma sampah, tapi cenderung merusak dan sesat. Saya sudah berkali-kali melapor hal ini kepada KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) tapi sepertinya KPI cuma mau merespon kalo satu acara yang dilaporkan tersebut sudah memakan korban (itu menurut saya loh ya). Kalo saya sih, daripada jadi korban ke-BODOH-an tv nasional yang cuma cari keuntungan dari hasil membodohi penontonnya, lebih baik saya menyelamatkan diri untuk ngga terjerumus dalam kesesatan tv nasional. Ya saya tau, ngga semua channel tv nasional yang menayangkan acara sampah, tapi kasarnya saya perkirakan ada 70% lebih acara yang sama sekali ngga ada faedahnya, bodoh ataupun sesat, yang saya simpulkan dengan istilah SAMPAH ini.

Mulai dari acara gosip murahan, sinetron hantu norak, reality show yang sama sekali ngga real, sinetron yang memasukkan unsur agama (yang seringnya malah menyesatkan) bahkan tv berita pun disusupin fitnah politik. Mirisnya lagi, acara itu ada di channel yang dulunya terang-terangan ngga akan menyiarkan acara yang tidak mendidik, berbau klenik dan semacamnya. Mungkinkan permintaan penonton & sponsor? Ngga percaya? silahkan klik 1 channel favorit, dan tonton full selama 12 jam, dan akan terasa akibat menontonnya. Kamu bilang saya paranoid? mungkin, tapi setidaknya saya melihat dampat itu pada orang-orang sekitar saya. Walaupun kalo kita bisa berpikir untuk bisa memilah acara mana aja yang baik dan buruk untuk di tonton, tapi kenyataanya acara yang menurut kita baikpun belum tentu sepenuhnya benar.

Ok, saya sempat berpikir kalo acara sampah itu didominasi oleh tv yang kontennya bervariasi. Bagaimana dengan konten yang lebih netral seperti tv berita? Walaupun ngga semua tv berita itu jelek, tapi tetap ada aja channel yang menyusupi kepentingan suatu kelompok supaya terlihat baik dan kelompok lain tidak baik. Dan ini sudah bukan netral lagi namanya. Nah terus, kalo tv berita aja sudah ngga semuanya baik, tv apa lagi yang bisa di tonton? Kenapa ngga cara referensi lain? Bukan berarti saya meninggalkan tv nasional 100%, karena seperti yang saya bilang tadi, hanya 70%an acara sampah, dan sisanya itu baik-baik saja atau bahkan mengispirasi untuk saya. Trus, apakah selama 70% acara sampah itu tayang saya ngga bisa menikmati nonton tv saya? Trus buat apa dong tv dirumah? jadi pajangan?

Kenapa ngga coba nonton tv kabel? Relax, disini saya bukan promosi satu provider tv kabel (ngga bakalan). Cuma cari alternatif lain selama acara sampah itu berkeliaran di tv nasional, kenapa ngga cari pelarian ke tv kabel? Tapi kembali lagi ngga semua acara di tv kabel itu juga lebih baik dari tv nasional, tapi setidaknya variasi yang di tawarkan tv kabel jauh lebih variatif dan menginspirasi. Bahkan kecepatan informasi di tv kabel bisa dibilang lebih cepat daripada tv nasional. Miris? ngga juga, karena kita sudah terbiasa ketinggalan dari awal tv swasta mengudara. Bahkan yang lebih menyedihkan, acara di tv nasional sedang booming dan banyak penggemarnya, di tv kabel itu sudah dimulai setidaknya 2 bulan sebelumnya. Jadi jangan bangga merasa keren karena menonton acara bagus di tv gratisan yang telat populer 2 bulan.

"Tv kabel kan bayar, ribet ngurusnya, enakan tv gratisan tinggal beli antena trus gratis nonton seumur hidup." . OK, pernyataan ini juga ngga salah kok. Saya pun waktu memutuskan untuk langganan tv kabel juga lama mikirnya. Apalagi harga langganan tv kabel masih mahal dan channelnya terbatas. Tapi begitu mencobanya selama 1 bulan, saya ngga mau berhenti berlangganan. Bahkan saya sempat berhenti berlangganan karena harus keluar kota beberapa bulan, sesampainya dirumah saya langsung stress karena harus menonton acara sampah lagi.

Apakah nonton tv sepenting itu? Bagi kebanyakan orang mungkin hal ini sepele ya. Tapi untuk orang seperti saya yang hiburannya cuma tv, sepertinya itu kebutuhan hidup. Saya bukan gamer, jalan-jalan seperlunya, ngga terlalu suka hangout ga jelas, jadi mau ngapain lagi kalo ada waktu luang selain santai nonton tv? Bukan cuma nonton, tapi juga menyerap informasi dan inspirasi untuk digunakan di kehidupan nyata. Makanya saya ngga heran kenapa rating acara sampah malah meroket dibanding acara inspiratif, karena acara ringan lebih mudah diserap dan dilupakan untuk banyak orang. Saya ngga bilang para penonton yang menonton acara sampah itu bodoh, cuma sayang aja menonton tv itu cuma untuk hura-hura dan buang-buang waktu yang ngga ada manfaatnya. Kenapa ngga dimanfaatkan tv nya itu untuk sesuatu yang membangun dirinya. Seperti kita membeli laptop untuk bekerja, bermain, dan produktifitas. Kenapa tv ngga dipergunakan seperti itu juga supaya fungsinya bukan cuma untuk alat untuk menemani membuang waktu.

Ya, mungkin banyak yang kontra dengan tulisan ini, itu terserah aja. Untuk yang pro dengan saya, mungkin jalan pikiran kita sama. Sudah saatnya kita ngga di bodohi oleh channel tv yang sudah merugikan kita di berbagai hal. Seperti penggunaan frekuensi massa yang tidak bertanggung jawab, dicekoki iklan yang membuat kita konsumtif, termakan fitnah politik, sosial bahkan agama, merubah perilaku seseorang setelah menonton si pembantu berubah menjadi sang putri, dan masih banyak lagi. Sudah saatnya kita melek dengan keadaan yang sebenarnya, dan menyelamatkan generasi berikutnya untuk berpikiran luas, berpikiran maju dan membangun. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar